Senin, 21 Juli 2014

Rumah Adat Sumatera Selatan



Rumah Adat Sumatera Selatan


Rumah Limas merupakan rumah tradisional khas Provinsi Sumatera Selatan. Dari namanya, jelaslah bahwa rumah ini berbentuk limas. Bangunannya bertingkat-tingkat dengan filosofi budaya tersendiri untuk setiap tingkatnya. Tingkat-tingkat ini disebut masyarakat sebagai bengkilas. Apabila Anda bertamu ke salah satu Rumah Limas di wilayah Sriwijaya ini, Anda akan diterima di teras atau lantai dua saja. Rumah Limas sangat luas dan seringkali digunakan sebagai tempat berlangsungnya hajatan atau acara adat. Luasnya mulai dari 400 hingga 1000 meter persegi.

Bahan material dalam membuat dinding, lantai, serta pintu menggunakan kayu tembesu. Sementara untuk tiang rumah, pada umumnya menggunakan kayu unglen yang tahan air. Berbeda dengan rangka rumah yang terbuat dari kayu Seru. Kayu ini cukup langka. Kayu ini sengaja tidak digunakan untuk bagian bawah Rumah Limas, sebab kayu Seru dalam kebudayaannya dilarang untuk diinjak atau dilangkahi. Nilai-nilai budaya Palembang juga dapat Anda rasakan dari ornamen ukiran pada pintu dan dindingnya.


Struktur Rumah Limas

Rumah Limas Palembang dibangun di atas tiang-tiang yang terbuat dari jenis kayu unglen yang berjumlah 32 buah atau kelipatannya. Rumah limas Palembang merupakan rumah panggung yang bagian kolongnya merupakan ruang positif untuk kegiatan sehari-hari. Ketinggian lantai panggung dapat mencapai ukuran 3 meter. Untuk naik ke rumah limas dibuatlah dua tangga kayu dari sebelah kiri dan kanan. Bagian teras rumah biasanya dikelilingi pagar kayu berjeruji yang disebut tenggalung. Makna filosofis dibalik pagar kayu itu adalah untuk menahansupaya anak perempuan tidak keluar rumah.

Pada bagian lantainya dibuat bertingkat-tingkat atau biasa disebut kekijing dengan menggunakan kayu jenis tembesu yang berbentuk papan (persegi panjang) disusun secara horizontal menurut besaran masing-masing ruang. Sementara pada dinding Rumah Limas dibuat dari kayu jenis merawan yang berbentuk papan, dengan cara penyusunan dan besaran yang sama dengan papan pada lantai.

Pada bangunan depan Rumah Limas Palembang terdapat Jogan, Ruang kerja, Gegajah Pada ruangan ini terdapat Amben (Balai/tempat Musyawarah) yang terletak lebih tinggi dari lantai ruangan (+/- 75 cm). Ruangan ini merupakan pusat dari Rumah Limas digunakan saat pemilik rumah menggelar hajatan, upacara adat, kenduri atau pertemuan-pertemuan penting, interaksi kehidupan sosial serta dekorasi. Sebagai pembatas ruang terdapat lemari yang dihiasi sehingga show/etlege dari kekayaan pemiliki rumah.

Pangkeng Penganten, (bilik tidur) terdapat dinding rumah, baik dikanan maupun dikiri. Untuk memasuki bilik atau Pangkeng ini, kita harus melalui dampar (kotak) yang terletak di pintu yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan peralatan rumah tangga. Berikutnya adalah ruang Kepala Keluarga, Pangkeng Kaputren adalah kamar anak perempuan, Pangkeng Keputran adalah kamar anak laki-laki, Ruang Keluarga, dan Ruang Anak Menantu. Semetara pada bagian belakang terdiri dari Dapur atau pawon, Ruang Pelimpahan, dan Ruang Hias/Toilet. Pembagian ruang secara fisik berfungsi batasan aktivitas yang berlangsung di rumah berdasarkan tingkat keprivasiannya.

Selain berbentuk limas, rumah tradisional Sumatera Selatan ini juga tampak seperti rumah panggung dengan tiang-tiangnya yang dipancang hingga ke dalam tanah. Hal ini disebabkan oleh kondisi geografis lingkungannya yang berada di daerah perairan.Adat yang kental sangat mendasari pembangunan Rumah Limas. Tingkatan yang dimiliki rumah ini disertai dengan lima ruangan yang disebut dengan kekijing. Hal ini menjadi simbol atas lima jenjang kehidupan bermasyarakat, yaitu usia, jenis, bakat, pangkat dan martabat. Detail setiap tingkatnya pun berbeda-beda.

Denah Rumah Limas Sumatera Selatan

Pada tingkat pertama yang disebut pagar tenggalung, ruangannya tidak memiliki dinding pembatas, terhampar seperti beranda saja. Suasana di tingkat pertama lebih santai dan biasa berfungsi sebagai tempat menerima tamu saat acara adat.

Kemudian kita beranjak ke ruang kedua. Jogan, begitu mereka menyebutnya, digunakan sebagai tempat berkumpul khusus untuk pria.

Naik lagi ke ruang ketiga yang diberi nama kekijing ketiga. Posisi lantai tentunya lebih tinggi dan diberi batas dengan menggunakan penyekat. Ruangan ini biasanya untuk tempat menerima para undangan dalam suatu acara atau hajatan, terutama untuk handai taulan yang sudah separuh baya.

Beranjak ke kekijing keempat, sebutan untuk ruang keempat, yang memiliki posisi lebih tinggi lagi. Begitu juga dengan orang-orang yang dipersilakan untuk mengisi ruangan ini pun memiliki hubungan kekerabatan lebih dekat dan dihormati, seperti undangan yang lebih tua, dapunto dan datuk. Nah, ruang kelima yang memiliki ukuran terluas disebut gegajah. Didalamnya terdapat ruang pangkeng, amben tetuo, dan danamben keluarga. Amben adalah balai musyawarah. Amben tetuo sendiri digunakan sebagai tempat tuan rumah menerima tamu kehormatan serta juga menjadi tempat pelaminan pengantin dalam acara perkawinan. Dibandingkan dengan ruang lainnya, gegajah adalah yang paling istimewa sebab memiliki kedudukan privasi yang sangat tinggi. Begitulah setiap ruang dan tingkatan Rumah Limas yang memiliki karakteristiknya masing-masing.
Tampak Samping Rumah Limas

Tampak Depan Rumah Limas

Tampak Belakang Rumah Limas

Garis Keturunan

Tingkat atau kijing yang dimiliki Rumah Limas menandakan garis keturunan asli masyarakat palembang. Dalam kebudayaannya, dikenal tiga jenis garis keturunan atau kedudukan seseorang, yaitu Kiagus, Kemas dan atau Massagus, serta Raden. Tingkatan atau undakannya pun demikian. Yang terendah adalah tempat berkumpul golongan Kiagus. Selanjutnya, yang kedua diisi oleh garis keturunan Kemas dan atau Massagus. Kemudia yang ketiga, diperuntukkan bagi golongan tertinggi yaitu kaum Raden.
Di sisi lain, hiasan atau ukiran yang ada di dalam Rumah Limas pun memiliki simbol-simbol tertentu. Jika Anda melihat dengan seksama ke dalamnya, akan terlihat ornamen simbar atau tanduk pada bagian atas atap. Simbar dengan hiasan Melati melambangkan mahkota yang bermakna kerukunan dan keagungan rumah adat ini. Tanduk yang menghiasi atap juga bermakna tertentu sesuai dengan jumlahnya.
Saat ini pembangunan Rumah Limas Sumatera Selatan sudah jarang dilakukan. Luas wilayahnya memakan biaya yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan membangun rumah tempat tinggal biasa. Namun jangan khawatir, Anda dapat berkunjung ke Rumah Limas milik keluarga Bayuki Wahab di Jl. Mayor Ruslan dan Hasyim Ning di Jl. Pulo, 24 Ilir, Palembang. Di sini, Anda akan merasakan seperti berada di masa lalu dengan nuansa rumah adat yang sangat kental pengaruh budayanya.
Secara personal, sikap pribadi masyarakat Palembang menjunjung tinggi kehormatan laki-laki dan wanita. Dan secara sosial, menunjang citra diri kebudayaan Palembang yaitu dengan menjunjung tinggi norma-norma adat yang berlaku di masyarakat. Bentuk rumah yang luas merupakan gambaran kondisi sosial budaya masyarakat Palembang yang menjunjung tinggi sifat kebersamaan dalam bentuk gotong royong.
Namun demikian, dengan bentuk ruang dan lantai berkijing-kijing pada rumah Limas, manandakan bahwa rumah limas memiliki tata aturan sosial yang rapi. Tempat duduk para tetamu pada saat sedekah/kenduri seolah sudah ditentukan berdasarkan status tamu tersebut. Para ulama, pemuka masyarakat, saudagar duduknya pada tempat kijing yang tinggi sedangkan yang lain menyesuaikan diri dengan kedudukannya. Apabila dilanggar maka orang tersebut menjadi kaku, karena rasa segan/canggung ataupun rasa takut dan malu.
Jambi adalah salah satu jalur perdagangan yang ramai di massa pra kolonial. Sehingga pada sisi kebudayaan masyarakatnya pun banyak terpengaruhi faktor-faktor budaya luar, seperti pengaruh dari budaya India, Gujarat, dan Eropa. Perkambangan budaya masyakat Jambi tersbut tercermin dari gaya ornamen dan ukiran pada Rumah Limas. Dalam hal ini, pengaruh Islam sangat tampak pada ornamen maupun ukirannya. Hingga kini ukiran pada atap dan dinding ruang gajah atau gegajahan tidak lagi menampilkan bunga teratai atau hewan yang menandakan kepercayaan hindu dan budha, telah digantikan oleh lukisan bunga dan daun sebagai simbol utama lukisan itu. Motifnya mirip dengan Arabesque Simbar/Paku tanduk simbar menjangan (Platycerium Coronarium).
Simbol-simbol tersebut perlahan mengantarkan pemahaman siapa pun yang memasuki rumah Limas pada kesadaran bahwa manusia adalah ciptaan Allah SWT dan kesadaran akan keagungan-Nya. Serta pada keberadaan utusan-Nya demi tertatanya kehidupan di dunia dan akhirat, dan pada para khalifah yang memiliki peran penting dalam penyebaran agama Islam. Khususnya di Jambi dan pada umumnya di Indonesia. Rumah Adat
Keunikan rumah limas yang terlupakan
·         Bentuk rumah limas sangat khas. Ciri khasnya terletakpada atapnya yang berbentuk limas dan memiliki tiang ataurumah panggung. Umumnya jenis rumah ini, dirancang denganukuran besar dan banyak ruang di dalamnya. Biasanya rumahlimas yang didirikan di pinggir sungai menghadap ke darat,yang dilengkapi ruangan gegajah, digunakan saat pemilikmenggelar hajatan, kenduri atau pertemuan-pertemuanpenting.
  • Rumah, sebagai bangunan tidak hanya dilihat sebagaisatuan fisik tetapi juga sebagai simbol tertentu. Setiap pemilikmemberi isi rumahnya dengan makna tertentu. Bentukrumah adat yang beraneka ragam memiliki nilai-nilaitersendiri. Bentuk rumah adat juga menggambarkan kondisialam di daerah tersebut.
  • Rumah Limas merupakan rumah adat yang berasal dariProvinsi Sumatera Selatan. Atap dan tiang rumah Limas memilikimakna tertentu. Keunikan rumah Limas lainnya yaitu bentuknyayang bertingkat-tingkat (kijing). Sedangkan bentuk rumah Limasyang menyerupai rumah panggung menggambarkan kondisi alamyakni sebagian besar berada pada kawasan perairan.
  • 1. Apa ciri khas rumah Limas?2. Apa saja arsitektur ruang dalam yang terdapat di rumah Limas?3. Apa itu kijing?4. Apa jenis kayu yang digunakan dalam pembangunan rumah Limas?
  • 1. Mengenalkan rumah Limas sebagai rumah adat Palembang2. Mengajak masyarakat untuk bangga terhadap warisan peninggalan budaya Palembang3. Mengajak masyarakat untuk mulai melestarikan rumah Limas
  • Kata limas berarti piramidyang terpancung ( di jawa dikenaldengan limasan).Rumah adat limasmengandung makna yang sangatmendalam dan merupakansimbolisasi dari suatu ungkapanyang antara lain diekspresikandalam bentuk atap yang curam danlima tingkatan pada lantai ataukekijing
  • • Atapnya berbentuk limas• Badan rumah berdinding papan• Pembagian ruangan yang telah ditetapkan (standard)• Bertingkat-tingkat (Kijing)• Keseluruhan atap dan dinding serta lantai rumah bertopang di atas tiang-tiang yang tertanam di tanah• Mempunyai ornamen dan ukiran yang menampilkan identitas budaya Palembang
  • Atap rumah limas berbentuk piramida terpancung.Di bagian atas atap limas terdapat ornamen berupa simbardan tanduk. Simbar diartikan sebagai mahkota rumahdengan hiasan bunga melati, yang melambangkankerukunan dan keagungan rumah adat limas tersebut .Sedangkan tanduk berfungsi sebagai penghias atap , namunjumlah tanduk tersebut mempunyai arti tersendiri. Terdapatpengaruh kebudayaan Islam pada tanduk tersebut.
  • • Ruangan kepala keluarga• Ruangan gegajah / ruangan adat• Ruangan Jogan• Ruangan keputren• Ruangan Amben• Pangkeng (bilik tidur)• Pawon (dapur)
  • Inti dari rumah adat Limas iniadalah ruangan gegajah atauruangan adat. Terletak di bawahpuncak atap limas.Di ruanggegajah ini terdapat ruangpangkeng, amben tetuo, danamben keluarga. Ruang inimerupakan ruang yang tertinggidan terhormat dibandingkandengan ruang-ruang yanglainnya, karena ruang gegajah inimerupakan ruang privasi yangpaling tinggi.
  • Diruang gegajah terdapatAmben (Balai/tempatMusyawarah) yang terletak diruang gegajah. Amben Keluargaberfungsi sebagai ruang keluarga.Ditengah-tengah ruang gegajah,terdapat amben tetuo.Fungsiamben tetuo adalah sebagaitempat pemilik rumahmenerima tamu kehormatanatau besan, dan sebagai tempatpelaminan penganten padaacara perkawinan.
  • Setiap kijing atau undakan menjadi simbol perbedaan garisketurunan asli masyarakat Palembang. Kijing (undakan) pertamamerupakan teras paling rendah yang merupakan tempat berkumpulgolongan Kiagus (Kgs). Sedangkan kijing kedua, lebih tinggi darikijing pertama, merupakan tempat berkumpul para Kemas (Kms)dan Massagus (Mgs). Memasuki kijing ketiga yang merupakantempat berkumpulnya golongan Raden dan keluarganya.
  • Pada bagian konstruksi utamaatap (alang susunan)menggunakan jenis kayu seru,yang saat ini merupakan jeniskayu yang langka. Kayu ini tidakdipakai dibagian bawah rumah,karena tidak boleh terinjak kaki.Untuk tiang-tiang utamanyadipergunakan kayu uglen atautembesu. Untuk pintu danjendela dipergunakan kayumerawan
  • Agar terlihat esterikanya, Rumah adat limas jugamenampilkan ukiran-ukiran kayu dengan motif bunga sebagaiperlambang dari kehidupan.Terdapat pengaruh Buddha berupaukiran 3 bunga suci (teratai, melati, pakis rusa) dan pengaruh Islamberupa ukiran kaligrafi
  • 45%55% Mengetahui Tidak Mengetahui
  • 10%PeduliTidak Peduli 90%
  • Rumah Limas merupakan prototype rumah tradisionalPalembang, rumah limas ini memiliki ciri-ciri : atapnya berbentukLimas, badan rumah berdinding papan, pembagian ruangan yangtelah ditetapkan (standard), bertingkat-tingkat (Kijing), keseluruhanatap dan dinding serta lantai rumah bertopang di atas tiang-tiangyang tertanam di tanah, dan mempunyai ornamen dan ukiran yangmenampilkan kharisma dan identitas rumah tersebut. Inti darirumah adat Limas ini adalah ruangan gegajah atau ruanganadat, merupakan ruangan yang paling besar dan paling luas dalamrumah. Setiap kijing atau undakan menjadi simbol perbedaan garisketurunan asli masyarakat Palembang.
  • 1. Kepada masyarakat agar menjaga warisan budaya yang dimiliki salah satunya rumah adat.2. Kepada masyarakat agar tetap melestarikan warisan budaya salah satunya rumah adat3. Kepada pemerintah agar memberi perhatian terhadap warisan budaya yang telah disaingi oleh modernisasi4. Kepada pemerintah agar membudidayakan rumah adat sebagai peninggalan budaya
Kebudayaan Sumatera Selatan
Sumatera Selatan adalah salah satu provinsi Indonesia yang terletak di bagian selatan Pulau Sumatera. Provinsi ini beribukota di Palembang. Secara geografis provinsi Sumatera Selatan berbatasan dengan provinsi Jambi di utara, provinsi Kep. Bangka Belitung di timur, provinsi Lampung di selatan dan Provinsi Bengkulu di barat. Provinsi ini kaya akan sumber daya alam, seperti minyak bumu dan gas alam dan batu bara. Selain itu ibu kota provinsi Sumatera Selatan, Palembang, telah terkenal sejak dahulu karena menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya.
Di samping itu, provinsi ini banyak memiliki tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi seperti Sungai Musi, Jembatan Ampera, Pulau Kemaro, Danau Ranau, Kota Pagaralam dan lain-lain. Karena sejak dahulu telah menjadi pusat perdagangan, secara tidak langsung ikut memengaruhi kebudayaan masyarakatnya. Makanan khas dari provinsi ini sangat beragam seperti pempek, model, tekwan, pindang patin, pindang tulang, sambal jokjok, berengkes dan tempoyak.
Berdasarkan Tarian
Seni Tari dapat menunjukan ciri khas suatu daerah demikian juga Kota Palembangmemiliki berbagai tarian baik trandisional maupun modern yang merupakan hasil kreasi dari seniman local
A. TARI GENDING SRIWIJAYA
 
Tari ini ditampilkan secara khusus untuk menyambut tamu-tamu agung seperti kepala Negara, Duta Besar dan Tamu-tamu agung lainnya. Tari Gending Sriwijaya Hampir sama dengan tari Tanggai, perbedaannya terletak pada penggunaan tari jumlah penari dan perlengkapan busana yang dipakai. Penari Gending Sriwijaya seluruhnya
B. TARI TANGGAI

Tari tanggai dibawakan pada saat menyambut tamu-tamu resmi atau dalam acara pernikahan. Umumnya tari ini dibawakan oleh lima orang dengan memakai pakaian khas daerah seperti kaian songket, dodot, pending, kalung, sanggul malang, kembang urat atau rampai, tajuk cempako, kembang goyang dan tanggai yang berbentuk kuku terbuat dari lempengan tembaga Tari ini merupakan perpaduan antara gerak yang gemulai busana khas daerah para penari kelihatan anggun dengan busana khas daerah. Tarian menggambarkan masyarakat palembang yang ramah dan menghormati, menghargai serta menyayangi tamau yang berkunjung ke daerahnya
C. TARI TENUN SONGKET

Tari ini menggambarkan kegiatan remaja putri khususnya dan para ibu rumah tangga di Palembang pada umumya memanfaatkan waktu luang dengan menenun songket
D. TARI RODAT CEMPAKO

Tari ini merupakan tari rakyat bernafaskan islam. Gerak dasar tari ini diambil dari Negara asalnya Timur Tengah, seperti halnya dengan tari Dana Japin dan Tari Rodat Cempako sangat dinamis dan lincah
E. TARI MEJENG BESUKO

Tari ini melukiskan kesukariaan para remaja dalam suatu pertemuan mereka .Mereka bersenda gurau mengajuk hati lawan jenisnya. Bahkan tidak jarang diantara mereka ada yang jatuh hati dan menemukan jodohnya melalui pertemuan seperti ini
F. TARI MADIK (NINDAI)

Masyarakat Palembang mempunyai kebiasaan apabila akan memilih calon, orang tua pria terlebih dahulu dating kerumah seorang wanita dengan maksud melihat dan menilai (madik dan nindai) gadis yang dimaksud. Hal yang dinilai atau ditindai itu, antara lain kepribadiannya serta kehidupan keluarganya sehari-hari. Dengan penindaian itu diharapkan bahwa apabila si gadis dijadikan menantu dia tidak akan mengecewakan dan kehidupan mereka akan berjalan langgeng sesuai dengan harapan pihak keluarga mempelai pria
G. DUL MULUK

Dul muluk adalah salah satu kesenian tradisional yang ada di Sumatera Selatan biasanya seni Dul Muluk ini dipentaskan pada acara yang bersifat menghibur, seperti pada acara : pernikahan pergelaran tradisional dan panggung hiburan


Sumber :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar